Rabu, 30 Mei 2012

PERTAMINA AKAN LEPAS BLOK MIGAS DI AUSTRALIA

Jakarta - Pertamina Hulu Energi (PHE) berencana melepas kepemilikan saham sebesar 10% di Blok VIC 26/27/28 diwilayah eksplorasi Australia. Pelepasan itu terkait dengan kurang optimalnya produksi migas.

Demikian disampaikan Direktur PHE, Salis Aprilian saat ditemui di Jakarta Rabu (30/5/2012). "Mereka inginnya 40% atau kepemilikan majority, 2-3 dari 5 pantner kita di blok tersebut setuju untuk melepas saham di blok tersebut," kata Salis.

Lebih lanjut Salis mengatakan bahwa saat ini proses pelepasan saham tersebut masih dalam proses negosiasi dengan perusahaan minyak asal negara Kangguru tersebut yang menyatakan minatnya. "Yang nawar perusahaan Australiajuga, tapi saat ini masih dalam tahap negosiasi," ujar Salis.

Terkait kapan target realisasi dari pelepasan tersebut pihak PHE belum bisa memastikan karena harus melakukan koordinasi dengan beberapa patnernya. Untuk diketahui produksi migas dari blok VIC tersebut saat ini dibawah 1.000 barel oil per day. (sumber: http://www.inilah.com/)

TOTAL INDONESIE AKAN BOR 107 SUMUR BARU

BALIKPAPAN - Total E&P Indonesie menargetkan akan membuka 107 sumur baru guna menjaga produksinya seperti yang pada tahun lalu capai 2.227 juta standar kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/mmscfd) dan minyak 81.600 barel.

Executive Vice Presiden Operations dan EKD Manager Total Hardy Pramono mengatakan rencana itu  merupakan jangka menengah Total agar jumlah produksi yang ada sekarang tidak mengalami penurunan yang drastis.

“Kita sekarang ini mempertahakan yang ada agar tidak turun tajam,” katanya saat acara Supply Chain Comunication Forum 2012 di Hotel Novotel, Balikpapan, Rabu (30/5/2012).
Hardy juga mengungkapkan terdapat total 9 drilling rig milik Total E&P yang 2 diantaranya berada di lepas pantai. Rencananya pada tahun ini akan ada penambahan 2 drilling rig baru di lepas pantai sehingga ada 4 unit yang berada di lepas pantai. “Selanjutnya, pada 2013 ditargetkan menjadi enam unit drilling rig yang berada di lepas pantai,” katanya kepada pers.

Adapun, perawatan sumur-sumur produksi lama dengan menggunakan teknologi juga akan dilakukan untuk mengurangi tekanan penurunan produksi alamiah tersebut. Hal tersebut, imbuh Hardy, diharapkan cukup efisien untuk mempertahankan angka produksi.

“Hasil produksi gas dari Total E&P Indonesie sebanyak  20 persennya digunakan untukmemenuhi kebutuhan dalam negerai seperti pada industri di Bontang,” ucapnya.

Total masih akan terus mengembangkan  sumur yang ada termasuk Termasuk  Perawatan sumur-sumur tua dan pencarian sumur eksplorasi baru dilakukan agar produksi tetap terjaga. Produksi saat ini masih mencapai 493.000 Barel Oil Equivalent per day (bopd) dengan komposisi produksi gas sebesar 2.227 mmscfd dan minyak 81.600 barel per hari.

“Total pada tahun ini menargetkan  sekitar 1.800-1.900 mmscfd,” ujarnya.
Mengenai akan habisnya kontrak pada production sharing contract (PSC) Mahakam pada 2017, Total E&P menyerahkan sepenuhnya kepada pemerintah. Namun, Hardy mengharapkan agar produksi pada blok tersebut tetap terjaga sehingga pemerintah tetap mendapatkan keuntungan.

"Pengembangan yang kita lakukan ini jala terus tidak mengarah pada 2017. Kita upayakan maksimal,” tandasnya.

Total E&P Indonesie pada acara forum komunikasi tahunan ini dihadiri 400 rekanan. Forum tersebut bertujuan untuk menyampaikan infomrasi soal pencapaian kinerja operasi 2011 serta operasi rencana jangka menengah dan panjang. Termasuk pencapaian kinerja kesehatan dan keselamatan kerja serta perlindungan lingkungan dan tantangan di masa yang akan datang.

"Termasuk informasi pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Total Indonesie. Jumlahnya kontrak kerja berjumlah sekitar 2.200 tahun 2011 lalu,” tambah Hardy.
Kepala Dinas Pengadaan II BP Migas Ahmad Muchtasar mengatakan pertemuan ini merupakan kewajiban dari KKKS dalam rangka pembinaan kepada mitra kerja.

"Hampir seluruh kegiatan operasional pengeboran dikerjakan pihak ketiga karena itu wajib  dilakukan pembinaan dan pelatihan.  Ini nanti akan berpengaruh pada operasional dan kinerja perusahaan,” tambah Muchtasar. (http://www.okezone.com/)

MOBIL LISTRIK DIPRODUKSI PADA 2013

Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengatakan mobil listrik sudah mulai dapat diproduksi pada 2013 mendatang.

"Tahun depan mobil listrik sudah mulai bisa diproduksi, tetapi tentu saja harus dikaji terlebih dahulu," kata Dahlan usai menghadiri Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) 2012 di Jakarta, Selasa.

Menurut Dahlan, akan segera dilakukan proses prototype dalam waktu dekat guna mendorong produksi mobil listrik tersebut.

"Kalau untuk jenis city car yang dapat menampung empat orang, kemungkinan akan selesai satu bulan mendatang, tetapi kalau untuk yang sekelas Ferrari memburuthkan waktu dua bulan," kata Dahlan.

Dahlan mengungkapkan PT Pindad, PT Inka dan PT DI akan bertugas membuat prototype mobil listrik tersebut sekaligus memproduksinya.
"Selanjutnya, baru kita akan bisa melihat siapa yang mebih mampu memproduksi mobil tersebut, bisa salah satunya atau keduanya, atau bahkan join," kata Dahlan.

Selain menjadi produsen mobil listrik, lanjut Dahlan, Indonesia juga akan menjadi produsen motor penggerak. Motor penggerak ini selanjutnya akan digunakan untuk memproduksi mobil listrik.
"Satu mobil listrik akan membutuhkan 150 motor. Motor ini akan dibuat di dalam negeri. Jadi, ini bukan hanya sekedar proyek mobil listrik, tetapi juga proyek motor nasional," kata Dahlan.
Dahlan menargetkan Indonesia mampu memproduksi motor penggerak untuk 5.000 unit mobil listrik per tahun.  (sumber : http://www.antaranews.com/)

BPMIGAS LARANG PEKERJA DAN KKKS PAKAI BBM SUBSIDI

Bandung - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) melarang pekerja BPMIGAS dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) menggunakan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini untuk menunjukkan komitmen BPMIGAS terhadap rakyat kecil yang lebih membutuhkan subsidi dalam bentuk BBM bersubsidi.

Hal ini disampaikan oleh Kepala BPMIGAS R. Priyono dalam pembukaan Forum Perencanaan Eksplorasi dan Produksi yang berlangsung di Bandung, Rabu (30/5/2012).

“Mulai hari ini seluruh industri hulu migas harus mulai mengikrarkan motto ‘industri hulu migas adalah industri yang bebas BBM bersubsidi, wajah Pertamax, senyum BBG,” ujar Priyono pada keterangan tertulis BP Migas Rabu (30/5/2012).

Priyono menegaskan pada hari yang sama BPMIGAS akan mengirimkan surat edaran yang menginstruksikan Kontraktor KKS untuk melarang pekerjanya memakai BBM bersubsidi.

Pelarangan ini sejalan dengan gerakan instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tentang pelaksanaan gerakan penghematan penggunaan BBM, terutama BBM bersubsidi yang menggerus anggaran pemerintah sehingga bisa mengakibatkan berkurangnya kemampuan pemerintah untuk membangun infrastruktur yang sangat dibutuhkan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi.

“Seruan untuk tidak memakai BBM bersubsidi sudah beberapa kali disampaikan oleh BPMIGAS dalam berbagai forum bersama dengan Kontraktor KKS. Hari ini kita mengirimkan surat formal untuk menginstruksikan hal ini kepada mereka,” tegas Priyono. (DWI)

BPMIGAS CARI PEMBELI LNG MASELA

Jakarta - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengungkapkan segera mencari calon konsumen gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) dari kilang terapung Masela, di Kabupaten Maluku Tenggara Barat, Maluku, yang dikelola Inpex Masela Ltd, setelah Front End Engineering Design (FEED) rampung dalam waktu dekat ini.

Rudi Rubiandini, Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, mengatakan pencarian calon konsumen kilang LNG Masela ini termasuk untuk pembeli dalam negeri dengan harga yang lebih murah dibandingkan harga ekspor.

"FEED hampir selesai, tapi secara resminya belum sampai ke BP Migas. Setelah itu segera melakukan pencarian pembeli dengan harga yang pantas," tutur Rudi, Selasa.
Setelah FEED selesai dan pencarian pembeli dilakukan, pihaknya secara paralel akan menuntaskan sertifikasi cadangan gas dari blok Masela yang menjadi sumber pasokan kilang tersebut. BP Migas menargetkan produksi gas dari blok Masela dapat dimulai pada 2018.
"Kami juga segera melakukan persiapan tender untuk proyek rekayasa, pengadaaan dan kontruksi (EPC) berbagai kegiatan," ujarnya.

Takanori Naito, Head of Geology, Subsurface Development Inpex Corporation, menyatakan kilang LNG Masela tersebut akan memproduksi gas alam cair berkapasitas 2,5 juta ton per tahun dan blok Masela pun akan menghasilkan kondensat sebanyak 8.400 barel per hari.
"Kami sudah mendapatkan persetujuan rencana pengembangan (PoD) pertama dari BP Migas pada Desember 2010. Sekarang masih dalam proses FEED untuk kilang LNG dan mungkin Mei nanti baru selesai FEED-nya," ujarnya.

Proyek kilang LNG Masela ini merupakan proyek kali pertama untuk kilang LNG terapung. Pasalnya, ini berada di tengah Laut Arafuru, Maluku, dengan kedalaman lebih dari 600 meter di bawah permukaan laut.

Adolf Hidayat, Senior Mechanical Engineer FLNG Department Inpex, mengatakan kilang LNG terapung ini berfungsi meminimalkan dampak lingkungan karena posisinya yang berada di tengah laut.

"Selain itu, capex (belanja modal) untuk FLNG (kilang LNG terapung) lebih murah dibandingkan kilang LNG di darat," ujarnya.

Daniel S Purba, Vice President for Gas and Engineering Project PT Pertamina (Persero), menuturkan pihaknya telah mengirimkan surat kepada BP Migas mengenai kesiapan perseroan untuk membeli LNG dari seluruh sumber gas potensial yang ada, termasuk LNG dari kilang LNG Masela. Perseroan membutuhkan LNG sebanyak 7-8 juta ton per tahun dalam beberapa tahun ke depan.

"Nantinya gas itu akan kami alokasikan untuk terminal penerima dan regasifikasi unit di Arun dan terminal mini LNG di kawasan timur Indonesia," tambahnya.

Berdasarkan laporan tahunan BP Migas 2010, pengembangan lapangan Abadi tahap pertama diperkirakan membutuhkan investasi US$ 4,99 miliar dan biaya operasi US$ 4,01 miliar. Investasi itu untuk mendanai pengeboran enam sumur pengembangan dengan satu drilling center serta pembangunan kilang pengolahan LNG terapung berkapasitas 2,5 juta ton per tahun.

Angka ini mengacu pada rencana pengembangan  pertama lapangan Abadi yang disetujui Menteri Energi pada 6 Desember 2010. Pembangunan kilang LNG dibuat dalam dua tahap, tahap I kapasitasnya 2,5 juta ton per tahun dan tahap II sekitar 2 juta ton per tahun. Inpex akan membangun fasilitas penunjang, seperti pelabuhan laut, udara, dan fasilitas lainnya di Pulau Selaru atau di Saumlaki, Kabupaten Maluku Barat Daya untuk mendukung operasional kegiatan proyek tersebut.

Produksi gas awalnya direalisasikan pada kuartal III 2018, dengan rata-rata produksi sebesar 355 juta kaki kubik per hari selama 30 tahun. Produksi awal kondensat sebesar 7.106 barel per hari akan ditingkatkan secara bertahap menjadi 8.194 barel per hari sepanjang 2020-2041. Setelah masa itu, produksi diperkirakan turun hingga 2049.

Proyek kilang Masela ini dimiliki mayoritas atau sebesar 60% oleh Inpex Masela Ltd, 30% oleh Shell, dan 10% dimiliki PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). (sumber Indonesia Financa Today)

SBY MINTA PERTAMINA TINGKATKAN PRODUKSI DARI LAPANGAN SENDIRI

Jakarta  - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono secara khusus menginstruksikan jajaran Pertamina untuk meningkatkan usaha eksplorasi dan produksi minyak, baik di Indonesiadan negara-negara lain. Hal ini disampaikan Presiden terkait upaya peningkatan kapasitas produksi minyak.

Setiap tahun, tren produksi minyak di Indonesiaselalu menurun. "Pada saat yang sama, tingkatkan efisiensi dalam perdagangan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM), dengan mengutamakan pembelian langsung ke sumber-sumber utama," kata Presiden ketika menyampaikan pidato tentang gerakan nasional penghematan energi serta peningkatan pendapatan negara dan optimasi anggaran yang sedianya dilakukan pada Selasa (29/5/2012) pukul 19.30 di Istana Negara, Jakarta.

Menurut Presiden, peningkatan kapasitas produksi minyak perlu diimbangi dengan pengurangan pembangunan pembangkit listrik yang menggunakan BBM. Hal ini bertujuan, antara lain, mengurangi ketergantungan pemerintah terhadap sumber-sumber energi tak terbarukan.

Sebaliknya, Presiden meminta agar pembangunan pembangkit listrik dengan energi baru dan terbarukan, seperti listrik tenaga surya, panas bumi, tenaga air, dan biomasa ditingkatkan.

"Kepada jajaran PGN, saya minta untuk segera mempercepat dan memperluas pembangunan infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi gas, yang sangat penting bagi pelaksanaan konversi BBM ke BBG untuk sektor transportasi, pembangkit listrik, industri, serta rumah tangga. Pastikan pada saatnya nanti seluruh daerah akan dapat diberikan dukungan gas sesuai kebutuhannya," kata Presiden. (sumber: http://www.kompas.com/)

UU MIGAS 22/2001 LEBIH BAIK DARI UU NO 8/1971

Yogyakarta – Undang-undang (UU) Nomor 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi (migas) masih perlu disempurnakan untuk perbaikan tata kelola industri hulu migas. Meski demikian, ketimbang UU Nomor 8 Tahun 1971 mengenai Pertamina, UU Migas terbaru telah jauh lebih baik.

Hal ini diungkapkan Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), R. Priyono saat menjadi pembicara dalam Seminar Nasional “Benarkah UU Migas Menjawab Persoalan Bangsa?” di Yogyakarta, akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan, tahun 2001 pemerintah merubah UU Migas untuk memisahkan fungsi bisnis dan pemerintah yang sebelumnya berada di tangan Pertamina. Tujuannya, agar badan usaha milik negara (BUMN) lebih berkembang, industri hulu migas lebih tertata. Untuk pengawasan kegiatan usaha hulu diserahkan ke BPMIGAS, pengawasan kegiatan hilir diserahkan ke BPHMigas, sementara Pertamina fokus sebagai operator.

Hasilnya dapat dilihat dari beberapa parameter. Pertama, setelah masa UU Migas, trend penurunan produksi minyak dapat ditekan sebesar 3-5 persen, karena dilakukan berbagai usaha terkait pengelolaan reservoir yang lebih baik. Semisal, penerapan teknoligi enhanced oil recovery (EOR). “Diharapkan pada tahun 2014 produksi minyak dapat dinaikkan kembali,” katanya.

Kedua, peningkatan produksi gas sejak tahun 2003. Seiring dengan peningkatan kebutuhan dalam negeri, gas untuk domestik meningkat sebanyak 200 persen dalam lima tahun terakhir. Bahkan pada tahun 2012, gas mulai digunakan untuk mendukung transportasi, yaitu sebagai bahan bakar BBG. “Ke depan, komitmen penjualan LNG ke luar negeri akan semakin dikurangi, agar pasokan kepada konsumen domestik dapat semakin ditingkatkan,” kata Priyono.

Indikator lain, seperti biaya operasi Indonesia lebih rendah dari rata-rata dunia, realisasi penerimaan negara selalu di atas target, serta realisasi investasi yang semakin meningkat. Tidak hanya itu, aset hulu migas milik Pemerintah meningkat, jumlah wilayah kerja (WK) Produksi bertambah, dan tingkat kandungan dalam negeri (TDKN) yang semakin meningkat.

“BPMIGAS juga melakukan perbaikan ke dalam, sehingga proses persetujuan dapat dipercepat,” kata Priyono. Dicontohkan, pada tahun 2012, rencana pengembangan lapangan (plan of development/POD) rata-rata dapat diselesaikan 23 hari kerja dari target 31 hari. Hasilnya, sepanjang tahun 2012 telah disetujui tiga POD, lima plan of future development (POFD), dan lima put on production (POP) lebih cepat dari waktu yang ditetapkan.

Meski demikian, setelah satu dasawarsa diterbitkan, UU Migas perlu penyempurnaan untuk perbaikan di sektor hulu migas. Menurut Priyono, usulan perbaikan telah dikirimkan kepada DPR sejak awal tahun 2012. Lima pilar perbaikan, adalah memperbaiki sistem tata kelola dengan penguatan kelembagaan dan memperjelas peran masing-masing stakeholder. Kemudian, meningkatkan penerimaan dan partisipasi daerah, pengaturan kekhususan industri hulu migas  untuk rezim fiskal dan perijinan, serta mengedepankan peran perusahaan migas milik Negara dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi. “Kami juga mengusulkan pengaturan Petroleum Fund,” katanya (sumber : http://www.bpmigas.go.id/)

Selasa, 29 Mei 2012

BPMIGAS TAMBAH PASOKAN GAS KE JAWA TIMUR SEBESAR 402 MMSCFD

Jakarta - Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) berhasil menambah pasokan gas baru  untuk industri di Jawa Timur hingga mencapai 402 juta kaki kubik per hari (MMSCFD), hal ini menjawab tantangan sejumlah kalangan yang menyatakan pasokan di Jawa Timur masih mengalami kekurangan.

Deputi Pengendalian Operasi BP Migas, Rudi Rubiandini di Jakarta, Selasa menjelaskan, pada 24 Mei 2012, telah dilakukan uji coba pengaliran 27 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) melalui Porong pada pukul 18.40 WIB dari lapangan Terang, Sirasun, Batur.

Lalu, pada 26 Mei, mulai penjualan gas ke PT PLN (Persero) dan PT Petrokimia Gresik sebesar 46 MMSCFD dan terus naik sampai 80 MMSCFD, "pada 27 Mei, pengaliran gas sudah mencapai 130 MMSCFD," jelasnya.

"Akhirnya, sejak 28 Mei, mengalir secara maksimal sebanyak 300 MMSCFD mulai pukul 9.15 WIB," katanya.

Dia menambahkan , proses penerimaan gas dengan laju konstan akan diuji coba selama 72 jam secara terus menerus.

"Apabila lolos tanpa ada halangan, maka per 1 Juni 2012 pengiriman gas akan berjalan normal mensuplai kebutuhan gas Jawa Timur," ujarnya.

Pasokan gas Terang Sirasun Batur (TSB) di lepas pantai utara Bali dan Lombok yang dioperasikan Kangean Energy Indonesia Ltd masuk ke konsumen di Jatim melalui pipa "east java gas pipe line".

Gas TSB akan dimanfaatkan PLN 130 MMSCFD, PT Pertagas 100 MMSCFD, Petrokimia Gresik 50 MMSCFD, dan PT Indogas 20 MMSCFD.

Selain TSB, Petrokimia Gresik juga memperoleh pasokan gas dari Lapangan Pagerungan sebesar 15 MMSCFD dengan operator PT Energi Mega Persada Tbk.

Sebelumnya, pasokan ke Jatim di antaranya berasal dari West Madura Offshore 200 MMSCFD, Santos 85 MMSCFD, dan Lapindo 10 MMSCFD. "Total volume gas yang dikonsumsi Jawa Timur menjadi 402 juta kaki kubik per hari, tegasnya." (DWI)

Selasa, 22 Mei 2012

TARGET LIFTING MIGAS 2013 SEBESAR 2,3 JUTA BOEPD

Jakarta - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS)  memperkirakan produksi minyak siap jual (lifting) minyak dan gas pada tahun 2013 dapat mencapai 2,2 juta hingga 2,3 juta barel setara minyak per hari, lebih tinggi dari usulan yang diajukan Kontraktor Kontrak Kerja Sama sebesar 2,1 juta barel setara minyak per hari.

Target lifting minyak dan gas sebesar 2,2 juta hingga 2,3 juta barel setara minyak per hari terdiri dari lifting minyak sebesar maksimal 910.000 barel per hari dan lifting gas sebesar 7.733 juta kaki kubik per hari (MMscfd) atau setara 1,334 juta barel minyak per hari.

Angka yang diusulkan BPMIGAS untuk lifting minyak tersebut jauh lebih tinggi dari angka yang diusulkan olah Kontraktor KKS yaitu sebesar 846.000 barel per hari.

"Prognosa kami, lifting minyak untuk tahun depan itu berkisar antara 880.000-910.000 barel per hari," ujar Kepala BPMIGAS R.Priyono dalam paparan saat rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR, Selasa, 22 Mei 2012.  

Lifting minyak 2013 mengandalkan tambahan produksi dari 15 lapangan adalah lapangan Karendan dengan operator Salamander Bengkanai Energi Ltd, lapangan South Mahakam dengan operator Total E&P Indonesie, lapangan Gundih dengan operator Pertamina, lapangan South Mahakam Phase 2  dengan operator Total E&P Indonesie, lapangan Letang, Tengah dan Rawa  dengan operator ConocoPhillips, dan Pondok Makmur Phase 1 dengan operator Pertamina EP.
Kemudian Lapangan Anoa  dengan operator Premier Oil Natuna Sea BV, lapangan Duri Area 13  dengan operator Chevron Pacific Indonesia,  lapangan GG dan UL dengan operator Pertamina Hulu Energi ONWJ,  lapangan Jambu Aye Utara dengan operator Eni Krueng Mane Ltd, lapangan Rantau dengan operator Pertamina EP, lapangan Talang Jimar dengan operator Pertamina EP, lapangan Banyu Urip dengan operator Mobil Cepu Ltd, dan lapangan Jambi Merang dengan operator JOB Pertamina-Talisman Jambi Merang. (DWI)


EXXON, BP, MEDCO LAMPAUI TARGET PRODUKSI

Jakarta - Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) mengungkapkan bahwa dari 50 produsen minyak, hanya ada 5 kontraktor kontrak kerjasama migas (KKKS) yang bisa memenuhi produksi minyak di kuartal pertama 2012.

"Dari 50 produsen minyak, hanya lima kontraktor yang mencapai target yang ditetapkan, enam dalam tahap pembangunan, sisanya tidak mencapai target," kata Deputi Pengendalian Operasi, BPMIGAS, Rudi Rubiandini di Gedung DPR, Jakarta Selasa (22/5/2012).

Lima kontraktor yang berhasil mencapai target tersebut adalah Exxon Mobil Oil Indonesia, BP Berau, Medco E&P Indonesia (S&C Sumatera), Kangean Energy, dan JOB Peramina-Costa (Gebang).

Kelima KKKS itu adalah, Exxon Mobile Oil Indonesia target 3.190 bopd dan realisasinya 3.589 bopd. BP Berau (Tangguh) target 6.000 bopd realiasi 6.367 bopd. Medco E&P target 6.800 bopd realiasi 6.907 bopd. Kangean Energy Ind target 1.500 bopd realiasi 1.510 bopd. JOB-P Costa Int Group 27 bopd realiasi 33 bopd.
"Dari 50 an KKKS yang beroperasi 39 KKKS belum bisa memenuhi target. Hanya 5 KKKS yang sudah mencapai target minyak di APBN-P 2012 ini," papar Kepala BP Migas R Priyono.

Tidak tercapainya target produksi minyak disebabkan hilangnya kesempatan produksi sebesar 49 ribu barel per hari. Sebanyak 40 ribu bopd di antaranya disebabkan oleh kekurangan produksi dari 10 kontraktor besar, antara lain PHE West Madura Offshore (WMO), Chevron Pacific Indonesia, Pertamina EP, dan Total E&P Indonesia.

Misalnya, Lapangan Tunu, Total E&P yang mengalami peningkatan kandungan air, serta keterlambatan investasi oleh PHE WMO yang menyebabkan pengembangan lapangan terhambat. (Sumber: http://www.inilah.com/)