Rabu, 13 Juni 2012

PENERIMAAN MIGAS AKAN TERCAPAI

Jakarta - Pemerintah memperkirakan, penerimaan negara dan minyak tidak akan meleset dari target, walau rata-rata produksi lifting minyak saat ini berada di bawah target lifting minyak pada tahun ini. Pasalnya, harga minyak mentah Indonesia(Indonesia Crude Price/ ICP) saat ini cukup tinggi.

“Bukan hanya volume (minyak) yang penting, ada harga juga, saat ini harganya masih tinggi. Jadi, target penerimaan masih bisa tercapai,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brojonegoro usai rapat Panja Asumsi Dasar dan Kebijakan Fiskal di Gedung DPR RI Jakarta, Rabu (13/6).

Menurut Bambang, lifting minyak berpengaruh terhadap sejumlah postur anggaran, antara lain, penerimaan migas dan subsidi energi. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2012, pemerintah mematok penerimaan dan minyak dan gas .sebesar Rp 278,02 triliun. Sedangkan untuk subsidi BBM pada tahun ini dipatok sebesar Rp 225 triliun, yakni terdiri atas subsidi BBM sebesar Rp 137 triliun, subsidi energi Rp 65 triliun, dan cadangan risiko energi Rp 23 triliun.

Dirjen Minyak dan Gas Kementenan ESDM Evita Legowo menuturkan, hingga 11 Juni 2012, realisasi rata-rata produksi minyak Indonesia hanya mencapai 880 ribu barel per hari. Realisasi tersebut jauh berada di bawah target lifting minyak yang telah ditetapkan dalam APBNP 2012 sebesar 930 ribu barel per hari.

Sementara itu, realisasi rata-rata harga minyak mentah Indonesia hingga 11 Juni 2012, menurut Evita, mencapai US$ 116,86 per barel. Angka tersebut berada di bawah asumsi harga minyak mentah Indonesia tahun ini sebesar US$ 105 per barel. Walau demikian, menurut Evita, saat ini tren harga minyak menunjukkan penurunan.

“Perkembangan harga minyak bumi naik-turun. Per 11 Juni harga minyak US$ 102,8 per barel. Sedangkan per 11 Juni rata- rata US$ 116 per barel. Jadi, harga minyak saat ini trennya turun terus,” ungkap dia.

Sebelumnya, pemerintah memproyeksikan, bila realisasi lifting minyak domestik lebih rendah 10 ribu barel per hari dan yang diasumsikan dalam APBN 2012, maka tambahan defisit diperkirakan Rp 1,71 triliun -Rp 2,08 triliun.

Lifting Gas
Bambang mengatakan, penerimaan dari minyak bumi sebelumnya selalu mendominasi penerimaan migas dan tidak pernah meleset ke bawah dan target Namun, saat ini, pemerintah melihat penerimaan dan gas mengalami peningkatan dan produksi minyak menurun, sehingga pemerintah memasukkan asumsi lifting gas pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2013.

“Kita lihat sekarang penerimaan gas meningkat dan karena sudah memiliki data terpisah minyak dan gas, selain itu juga minyak menurun,” tutur dia.
Selain itu, produksi gas masih berpusat pada penerimaan. Namun, dengan semakin terbukanya data lifting gas, diharapkan produksi gas Indonesia dapat menjadi pendorong ekonomi.

“Kalau data terbuka, dorongan gas tidak diekspor besar. Kalau gas besar, minyak turun, gas jangan di ekspor semua. Kita mengubah paradigma dan revenue ke economi diiyen. Bagaimana gas bisa dimanfaatkan dalam negeri,” ungkap dia.

Saat ini, menurut Bambang, Indonesia memang  belum memiliki ICP gas karena harga gas berdasarkan kontrak yang berbeda-beda, sesuai dengan lapangan gas. Pemerintah akan mencari formula dan harga gas mentah Indonesia. (Sumber: Investor Daily)