Rabu, 13 Juni 2012

RUDI RUBIANDINI, WAKIL MENTERI ESDM

Jakarta - Posisi Wamen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang sempat vakum selama 2 bulan sepeninggal Widjajono Partowidagdo akhimya ada penggantinya. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menetapkan Rudi Rubiandini sebagai Wamen ESDM yang baru.

Rudi bisa dikatakan teman satu alumni dengan Widjajono di ITB dan juga dikenal sebagai guru besar di institut yang sama. Rudi seperti disampaikan oleh Kepala Negara di Istana Bogor Rabu 13 Juni, akan langsung bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu II dalam 2,5 tahun ke depan.

Menurut pandangan Presiden, Rudi yang dipercayakan sebagai Wakil Menteri ESDM dinilai cakap, memiliki pengetahuan dan pengalaman serta komitmen untuk memajukan sektor energi dan sumber daya mineral.

“Yang bersangkutan saya pandang memiiki kecakapan membantu Menteri ESDM mengembangkan kebijakan program dan rencana aksi. Serta upaya nyata untuk meningkatkan pengelolaan energi dan sumber daya mineral dan menjalankan gerakan penghematan energi secara nasional,” kata SBY.

Sebelum ada pengumuman resmi dari Istana, rumor Rudi sebagai Wamen ESDM sudah terhembus cukup lama. Bahkan, 2 hari sebelum diumumkan, Bisnis telah menghubungi yang bersangkutan berkaitan dengan rumor itu, dia langsung dengan yakin menjawab

“Benar itu, pelantikan Kamis pukul 10.00 WIB, ujarnya.

Berkaitan dengan tugas yang akan diembannya, pria kelahiran Tasikmalaya pada 1962 itu mengaku amanah sebagai Wamen ESDM adalah sebuah tugas yang sangat berat bagi siapa pun karena bidang energi merupakan tulang punggung kebutuhan bangsa.

“Namun tantangan yang sangat besar ini sekaligus menjadi penyemangat saya untuk bekerja lebih baik,” ujar Rudi.

Masih Ada Harapan
Dari sisi energi primer, tambahnya, prodtiksi minyak nasional memang sedang turun namun masih ada harapan dan produksi gas yang bisa ditingkatkan seiring adanya beberapa proyek yang sedang berjalan.

Maupun dari sisi infmstruktur dia mengakui kapasitas kilang di Indonesia sangat terbatas. Artinya jika ada kilang yang rusak maka sebagian minyak yang diproduksikan tidak akan bisa diolah di dalam negeri.

“Dengan demikian, kita membutuhkan tambahan kilang untuk meningkatkan keandalan kita,” ujarnya.

Selain itu, infrastruktur pipa untuk menyalurkan gas dan hulu ke hilir juga masih sangat terbatas. Padahal, pipa dibutuhkan untuk menyukseskan program konversi BBM ke BBG.

Khusus soal diversifikasi energi, Rudi menilai kebijakan itu hams terus dilakukan mengingat cadangan minyak Indonesia hanya 0,3% dari total cadangan dunia dan cadangan gas hanya 1,7% Cadangan dunia (Sumber : Bisnis Indonesia)