Pipa ini akan menghubungkan pipa gas dari Gresik-Semarang dan
Semarang-Cirebon. “Ruas Bekasi-Cirebon semacam perluasan dari yang sedang dikerjakan
sekarang jadi bukan melalui hasil lelang,” kata dia, Rabu.
Untuk pengerjaan ruas pipa Trans Jawa sepanjang total 570
kilometer, Pertamina Gas bekerja sama dengan PT Rekayasa Industri (Rekind),
badan usaha milik negara di sektor rekayasa dan pengadaan. Evita mengatakan
jaringan pipa tersebut nantinya akan mengalirkan gas dari unit penampungan dan
regasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FSRU) di Jawa
Tengah yang akan dibangun oleh Pertamina.
“Infrastrukturnya kami bangun dulu, nanti untuk alokasi gasnya
dicari bersama,” jelasnya.
Selain di Jawa, Pertamina Gas juga akan mengerjakan jaringan pipa
trans Sumatera dari Arun menuju Belawan untuk menghubungkan pipa milik PT
Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang sudah ada. Pipa tersebut diperlukan
seiring dengan rencana revitalisasi Kilang LNG Arun menjadi regasifikasi unit.
“Tapi masih ada ruas kecil yang belum kami tentukan tapi yang
terpenting dari Arun ke Belawan dulu,” kata Evita.
Gunung Sardjono Hadi, Direktur Utama Pertamina Gas, mengatakan
pihaknya masih melakukan kajian sebelum menentukan besaran investasi yang akan
dialokasikan perusahaan untuk proyek pipa Cirebon-Bekasi. Saat ini perseroan
tengah Sekarang kami sedang survei kajian pekerjaan desain rinci dari pipa yang
sudah ada.
"Hasilnya akan menentukan besaran investasi pipa
Cirebon-Bekasi," kata dia kepada IFT.
Selain Pertamina Gas, perusahaan lain yang membangun pipa di Jawa
adalah PT Bakrie Oil & Gas Infrastructure. Anak usaha PT Bakrie &
Brothers Tbk (BNBR) tersebut membangun pipa yang menghubungkan lapangan gas
Kepodang di Blok Muriah ke Semarang, Jawa Tengah.
Bambang Banyudoyo, Direktur Bakrie Oil & Gas Infrastructure,
menargetkan proyek pipa gas lapangan Kepodang akan selesai pada akhir 2014.
Penyelesaian proyek tersebut bersamaan dengan rencana produksi gas dari
lapangan Kepodang yang dikelola oleh Petronas Carigali Muriah Limited,
perusahaan minyak dan gas asal Malaysia.
“Pembangunan pipa gas Kepodang akan menyesuaikan
dengan rencana pembangunan platform produksi gas Petronas,”
jelas Bambang.
Deni Friawan, Peneliti Departemen Ekonomi Center for Strategic and
International Studies, menyatakan defisit gas yang saat ini dialami oleh PT PLN
(Persero) dan kalangan dunia usaha lebih disebabkan minimnya infrastruktur
pendistribusian gas di Tanah Air, termasuk di Jawa.
"Infrastruktur perlu dibangun di Jawa, banyak tumbuh industri
atau sektor manufaktur yang sangat membutuhkan pasokan energi murah, yaitu
gas", ujarnya.
Masalah defisit gas tersebut tidak hanya dapat diselesaikan dengan
dibangunnya sejumlah ruas pipa gas dan terminal penerima gas alam cair, karena
pembangunan infrastruktur tersebut akan sia-sia jika tidak ada gas yang
disalurkan.
Salah satu kendala pemenuhan gas di domestik adalah rendahnya
harga beli gas di mulut sumur (well head) gas, sehingga produsen gas lebih
memilih mengekspor gasnya ke luar negeri. Kalau harga jual di domestik lebih
bagus, produsen pastinya akan lebih banyak memasok gas ke dalam negeri.
"Pemerintah seharusnya bisa mengendalikan diri untuk
memberikan harga yang ideal biar konsumen akhir dapat membeli dengan murah, di
sisi lain investor tidak rugi dari hasil jualan gasnya," katanya.
Pembangunan Kilang
Selain itu, pemerintah juga menyatakan akan membangun tiga kilang
pengolahan minyak mentah dengan total kapasitas 900 barel per hari. Pembangunan
kilang ini diharapkan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak.
Evita mengatakan pemerintah saat ini masih
mencari lokasi yang tepat serta kebutuhan insentif yang diperlukan. “Tiga
kilang itu yang kerjasama dengan Kuwait, Saudi dan satu lagi yang dibiayai oleh
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,” kata dia.
Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral, menuturkan kemungkinan dua kilang dari tiga yang direncanakan akan
dibangun di Bontang, memanfaatkan lahan milik Pertamina. Sementara satu kilang
lagi masih dicari lokasinya.
"Kami targetkan seluruh pembangunan
kilang bakal tuntas pada 2018," jelas dia.
Pertamina dan Kuwait Petroleum sebelumnya
telah menandatangani nota kesepahaman pembuatan studi kelayakan kilang yang
sempat direncanakan berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat pada 19
Agustus 2011 dengan target operasi kilang di 2017.
Sedangkan untuk kilang yang merupakan kerja sama dengan Saudi Aramco,
Pertamina sudah menandatangani nota kesepahaman pada 18 Februari 2012 dengan
target operasi kilang 2018. Nilai investasi dari kedua kilang tersebut
masing-masing US$ 10 miliar. Besarnya nilai investasi karena selain
menghasilkan bahan bakar minyak, kedua kilang tersebut juga ditujukan untuk
menghasilkan produk turunan minyak berupa bahan bakupetrokimia. (Sumber:
Indonesia Finance Today)