Rabu, 29 Agustus 2012

INFRASTRUKTUR GAS BARU AKAN DIBANGUN

Jakarta - Pemerintah menunjuk PT Pertamina Gas, anak usaha PT Pertamina (Persero) di sektor gas bumi, untuk membangun jaringan pipa Cirebon-Bekasi senilai US$ 200 juta. Evita Legowo, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi, menyatakan pipa sepanjang 140 kilometer itu merupakan bagian dari jaringan pipa Trans Jawa yang saat ini sedang dibangun.

Pipa ini akan menghubungkan pipa gas dari Gresik-Semarang dan Semarang-Cirebon. “Ruas Bekasi-Cirebon semacam perluasan dari yang sedang dikerjakan sekarang jadi bukan melalui hasil lelang,” kata dia, Rabu.

Untuk pengerjaan ruas pipa Trans Jawa sepanjang total 570 kilometer, Pertamina Gas bekerja sama dengan PT Rekayasa Industri (Rekind), badan usaha milik negara di sektor rekayasa dan pengadaan. Evita mengatakan jaringan pipa tersebut nantinya akan mengalirkan gas dari unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage regasification unit/FSRU) di Jawa Tengah yang akan dibangun oleh Pertamina.

“Infrastrukturnya kami bangun dulu, nanti untuk alokasi gasnya dicari bersama,” jelasnya.
Selain di Jawa, Pertamina Gas juga akan mengerjakan jaringan pipa trans Sumatera dari Arun menuju Belawan untuk menghubungkan pipa milik PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang sudah ada. Pipa tersebut diperlukan seiring dengan rencana revitalisasi Kilang LNG Arun menjadi regasifikasi unit.

“Tapi masih ada ruas kecil yang belum kami tentukan tapi yang terpenting dari Arun ke Belawan dulu,” kata Evita.

Gunung Sardjono Hadi, Direktur Utama Pertamina Gas, mengatakan pihaknya masih melakukan kajian sebelum menentukan besaran investasi yang akan dialokasikan perusahaan untuk proyek pipa Cirebon-Bekasi. Saat ini perseroan tengah Sekarang kami sedang survei kajian pekerjaan desain rinci dari pipa yang sudah ada.

"Hasilnya akan menentukan besaran investasi pipa Cirebon-Bekasi," kata dia kepada IFT.

Selain Pertamina Gas, perusahaan lain yang membangun pipa di Jawa adalah PT Bakrie Oil & Gas Infrastructure.  Anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) tersebut membangun pipa yang menghubungkan lapangan gas Kepodang di Blok Muriah ke Semarang, Jawa Tengah.

Bambang Banyudoyo, Direktur Bakrie Oil & Gas Infrastructure, menargetkan proyek pipa gas lapangan Kepodang akan selesai pada akhir 2014. Penyelesaian proyek tersebut bersamaan dengan rencana produksi gas dari lapangan Kepodang yang dikelola oleh Petronas Carigali Muriah Limited, perusahaan minyak dan gas asal Malaysia.

“Pembangunan pipa  gas  Kepodang akan menyesuaikan dengan  rencana pembangunan  platform produksi gas  Petronas,” jelas Bambang.

Deni Friawan, Peneliti Departemen Ekonomi Center for Strategic and International Studies, menyatakan defisit gas yang saat ini dialami oleh PT PLN (Persero) dan kalangan dunia usaha lebih disebabkan minimnya infrastruktur pendistribusian gas di Tanah Air, termasuk di Jawa.

"Infrastruktur perlu dibangun di Jawa, banyak tumbuh industri atau sektor manufaktur yang sangat membutuhkan pasokan energi murah, yaitu gas", ujarnya.

Masalah defisit gas tersebut tidak hanya dapat diselesaikan dengan dibangunnya sejumlah ruas pipa gas dan terminal penerima gas alam cair, karena pembangunan infrastruktur tersebut akan sia-sia jika tidak ada gas yang disalurkan.

Salah satu kendala pemenuhan gas di domestik adalah rendahnya harga beli gas di mulut sumur (well head) gas, sehingga produsen gas lebih memilih mengekspor gasnya ke luar negeri. Kalau harga jual di domestik lebih bagus, produsen pastinya akan lebih banyak memasok gas ke dalam negeri.

"Pemerintah seharusnya bisa mengendalikan diri untuk memberikan harga yang ideal biar konsumen akhir dapat membeli dengan murah, di sisi lain investor tidak rugi dari hasil jualan gasnya," katanya.

Pembangunan Kilang
Selain itu, pemerintah juga menyatakan akan membangun tiga kilang pengolahan minyak mentah dengan total kapasitas 900 barel per hari. Pembangunan kilang ini diharapkan dapat mengurangi impor bahan bakar minyak.

Evita mengatakan pemerintah saat ini masih mencari lokasi yang tepat serta kebutuhan insentif yang diperlukan. “Tiga kilang itu yang kerjasama dengan Kuwait, Saudi dan satu lagi yang dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara,” kata dia.

Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, menuturkan kemungkinan dua kilang dari tiga yang direncanakan akan dibangun di Bontang, memanfaatkan lahan milik Pertamina. Sementara satu kilang lagi masih dicari lokasinya.

"Kami targetkan seluruh pembangunan kilang bakal tuntas pada 2018," jelas dia.
Pertamina dan Kuwait Petroleum sebelumnya telah menandatangani nota kesepahaman pembuatan studi kelayakan kilang yang sempat direncanakan berlokasi di Balongan, Indramayu, Jawa Barat pada 19 Agustus 2011 dengan target operasi kilang di 2017.

Sedangkan untuk kilang yang merupakan kerja sama dengan Saudi Aramco, Pertamina sudah menandatangani nota kesepahaman pada 18 Februari 2012 dengan target operasi kilang 2018. Nilai investasi dari kedua kilang tersebut masing-masing US$ 10 miliar. Besarnya nilai investasi karena selain menghasilkan bahan bakar minyak, kedua kilang tersebut juga ditujukan untuk menghasilkan produk turunan minyak berupa bahan bakupetrokimia. (Sumber: Indonesia Finance Today)