Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sektor
pertambangan mengalami kontraksi sebesar -0,09 persen. Alasannya karena belum
adanya ekspansi sumur minyak baru di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa
mengungkapkan, ada 3 cara untuk melakukan ekspansi di sektor pertambangan
khususnya minyak dan gas. Hal pertama menurut Hatta ialah penjelasan masalah
cost recovery.
"Saya minta duduk bersama lagi untuk cost recovery. Dan
investasi di hulu dikembangkan, eksplorasi terutama. Tidak boleh ada
beban-beban awal, pajak dan sebagainya. Karena itu belum tentu modal
kembali," ungkap Hatta saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian, Jl Lapangan Banteng, Selasa (6/11/12).
Hatta melanjutkan, hal kedua yang harus dilakukan adalah
dengan mengatasi masalah perizinan lapangan minyak. Menurutnya banyak
lapangan-lapangan minyak yang bermasalah dengan perizinan.
"Banyak lapangan kita terhambat perizinan. Banyak
lapangan minyak kita perlu di-recovery teknologinya. Perlu kita kembangkan pada
splitnya," lanjutnya.
Poin terkahir, Hatta mengatakan pembangunan pipanisasi harus
diselesaikan dan harus diperlancar, pasalnya ini berpengaruh pada pertumbuhan
sektor migas itu sendiri.
"Ketiga, itu dihilirnya, misalkan mandeknya migas.
Pipanisasi lambatnya membangun depo-depo. Ini berkaitan dengan pertumbuhan
sektor migas," cetusnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Di tengah semua sektor yang
mengalami pertumbuhan, sektor pertambangan mengalami kontraksi sebesar -0,09
persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat beberapa alasan yang menyebabkan
hanya sektor ini yang mengalami kontraksi pada kuartal III tahun ini.
Kepala BPS Suryamin menyebutkan salah satu alasan terjadinya
kontraksi pertumbuhan untuk sektor pertambangan adalah belum adanya ekspansi
sumur minyak baru di Indonesia. Hal ini karena adanya tumpang tindih lahan dan
sulitnya perizinan pembukaan tambang baru. (Sumber: Detik.com)