Minggu, 03 Juni 2012

MASIH 50 STRUKTUR BELUM DIKEMBANGKAN

Bandung—Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) mengungkapkan dari kegiatan eksplorasi yang telah dilakukan selama ini masih terdapat 50 struktur penemuan minyak dan gas bumi yang belum dikembangkan dengan perkiraan cadangan potensial (2P) sebesar 277 juta barel untuk minyak dan 5,5 triliun kaki kubik gas. Struktur baru ini diharapkan dapat mulai berkontribusi meningkatkan cadangan dan produksi migas nasional dalam lima tahun ke depan, yang tersebar di 24 wilayah kerja eksplorasi dan eksploitasi di seluruh Indonesia.

“Kita berharap pengembangan struktur penemuan tersebut dapat berjalan sesuai rencana sehingga bisa berkontribusi untuk produksi nasional secepatnya,” ujar Wakil Kepala BPMIGAS Hardiono dalam penutupan Forum Perencanaan di Bandung, Jumat (1/6) seperti tertulis dalam siaran pers BPMIGAS.

Forum Perencanaan ini diadakan untuk menyusun perkiraan penambahan cadangan dan produksi migas nasional tahun 2013 sampai 2017 dan merupakan forum untuk berbagi pengetahuan antara sesama Kontraktor Kontrak Kerja Sama (Kontraktor KKS) dan juga dari industri penunjang. Forum Perencanaan ini diikuti sekitar 300 peserta yang berasal dari BPMIGAS, Kementerian ESDM, Kontraktor KKS,

Perguruan Tinggi dan perusahaan dari industri penunjang. Hardiono menambahkan saat ini penemuan cadangan pada bagian timur Indonesia menunjukkan volume cadangan yang lebih tinggi dari penemuan cadangan di bagian barat Indonesia.
“Peluang Indonesia untuk meningkatkan cadangan dan produksi di masa yang akan datang dititikberatkan pada kegiatan eksplorasi dan pengembangan di kawasan timur Indonesia,” ujar Hardiono.

Dia mengingatkan bahwa kegiatan eksplorasi hulu migas merupakan kegiatan yang padat resiko karena biayanya yang besar dan belum tentu akan memperoleh hasil yang ekonomis. Sebagai gambaran, saat ini di kawasan timur Indonesia terdapat 21 pemboran sumur eksplorasi yang belum berhasil menemukan hidrokarbon dalam jumlah ekonomis padahal investasi sekitar 1,3 miliar US dollar sudah dikeluarkan untuk kegiatan ini. Karena sumur-sumur ini terletak di Wilayah Kerja Eksplorasi, angka yang sangat fantastis ini tidak menjadi tanggung jawab negara, akan tetapi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor.

Dengan investasi yang padat modal dan resiko di bidang eksplorasi dan produksi hulu migas, Indonesia masih memerlukan keberadaan investor baik dalam negri maupun asing.
Untuk mencapai target produksi migas 5 tahun ke depan, 9 proyek andalan industri hulu migas diharapkan dapat memberikan kontribusi yang signifikan. Adapun proyek andalan untuk minyak dan gas bumi adalah:


No.
Lapangan
Tahun Mulai Berproduksi
1.
Ruby
2013
2.
Donggi Senoro
2014
3.
Peciko-7C
2014
4.
Banyu Urip
2014
5.
Ande-Ande Lumut
2015
6.
Madura BD + MDA + MBH
2015
7.
Indonesia Deep Water Development (IDD)
2015
8.
Jangkrik
2015
9.
Kepodang
2015


Hardiono menambahkan, selain dari pengembangan lapangan baru, upaya peningkatan produksi juga ditempuh melalui peningkatan kegiatan enhanced oil recovery (EOR) yang menggunakan bahan kimia surfaktan dan polymer. Pada tahun 2012, terdapat tiga proyek pertama (pilot project) EORyang akan dimulai yaitu proyek EOR Lapangan Minas (PT Chevron Pacific Indonesia), Proyek EOR Tanjung (PT Pertamina EP), dan Proyek EOR Kaji (PT Medco E&P Indonesia).

 “Selama ini teknologi EOR dengan bahan kimia baru diujicobakan di skala laboratorium, tahun ini untuk pertama kalinya akan mulai diujicobakan di lapangan minyak,” ujar Hardiono. Penerapan di sumur produksi ini akan dilakukan selama lima sampai sepuluh tahun ke depan dan apabila hasilnya memuaskan akan diterapkan dalam skala penuh sehingga diharapkan terdapat potensi peningkatan produksi minyak bumi yang sangat besar.

Salah satu teknologi yang akan diterapkan di lapangan Tanjung menggunakan bahan kimia Surfaktan hasil karya bangsa Indonesia yang diproduksikan oleh Institut Pertanian Bogor (IPB).
Hardiono mengingatkan Kontraktor KKS untuk benar-benar melaksanakan rencana kerja lima tahun terkait dengan penambahan cadangan dari kegiatan eksplorasi dan rencana produksi baik dari lapangan baru maupun eksisting. “Rencana kerja ini harus menjadi komitmen kita bersama dalam peningkatan pencapaian kinerja industri hulu migas nasional,” ujar Hardiono.