Senin, 04 Juni 2012

PRODUKSI TOTAL E&P INDONESIE ANJLOK 500 MMSCFD

Jakarta- Produksi Total E&P Indonesie dari Blok Mahakam rata-rata tahun ini diperkirakan akan turun hingga 20,8 persen atau sebesar 500 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dibanding tahun lalu menjadi hanya 1.900 juta kaki kubik per hari. Hal tersebut diduga terkait dengan isu perpanjangan Blok Mahakam yang belum mendapatkan kepastian dari Pemerintah. Kejadian penurunan produksi secara drastis sebelumnya juga terjadi saat terjadi ketidakpastian perpanjangan kontrak di Blok West Madura Offshore.

Tahun lalu Blok Mahakam yang diminta oleh Pertamina untuk diberikan ke perusahaant tersebut setalah habis kontrAknya pada tahun 2017 itu mampu memproduksi gas sebesar 2.400 juta kaki kubik per hari untuk dikirim ke kilang LNG Bontang. pada awal tahun ini penurunan produksi mampu ditahan sehingga produksi bisa mencapai 2.200 juta kaki kubik per hari namun hingga akhir tahun produksi diperkirakan hanya 1.900 juta kaki kubik per hari.

Total E&P Indonesie mengaku tidak bisa mencapai target produksi tahun ini yang telah ditetapkan pemerintah. Perusahaan minyak dan gas asal Prancis itu merasa kesulitan Mencapai target produksi sebesar 2.346 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) tersebut.

Vice President Human Resources, Communications, General Services, dan Audit Total E&P, A. Noviyanto mengatakan, perusahaannya telah berupaya mempertahankan tingkat produksi Blok  Mahakam yang kontraknya akan berakhir pada tahun 2017 tersebut, agar tidak turun drastis. Total ingin mempertahankan produksi gas di kisaran 2.400 rnmscfd seperti pada 2010 lalu. Sayang, upaya itu tak berhasil. Pada awal tahun produksi gas sempat mencapai 2.200 mmscfd, namun kemudian turun terus. Perkiraan kami rata-rata produksi hingga akhir tahun nanti hanya 1.900 mrnscfd,” kata dia, akhir pekan lalu seperti dikutip harian Kontan.

Total mengklaim telah herinvestasi besar-besaran di Blok Mahakam. Tahun ini saja, investasi untuk ini mencapai sekitar US$2 miliar, Setara dengan 90% keseluruhan investasi Total.

Perusahaan migas asal Prancis tersebut mengaku telah berupaya menahan laju penurunan produksi (natural decline) dengan mengebor sumur pengembangan dan sumur sisipan. “Kami bor rata-rata 100 sumur sampai 120 sumur per tahun dengan biaya sekilai US$ 1 miliar. Kami berharap ada penambahan produksi dan pengeboran,” jelas Noviyanto.

Selain itu, Total juga melakukan perawatan dan optimalisasi produksi dengan berbagai teknologi terhadap sumursumur yang sudah ada. Total berharap bisa memperkecil laju penurunan produksi dengan pelbagai usaha tersebut.

Selain mencari sumur-sumur baru dan merawat sumur yang sudah ada, Total juga berupaya meminimalisasi unplanned shutdown agar penurunan produksi secara alamial bisa dipertahankan di level 1% sampai 2%.

Noviyanto rnenggambarkan laju penurunan produksi di Blok Mahakam bisa mencapai 40% per tahun bila dibiarkan begitu saja. Upaya yang diilakukan Total tidak bisa melawati kondisi alamiah reservoir (cadangan minyak bumi atau gas di dalam permukaan bumi) yang tekanannya makin melemah meskipun telah dipasang kompresor tambahan. “Apalagi, sifat reservoir di Mahakam yang sangat sensitif. Kalau kita tidak melakukan upaya dengan baik, penurunan produksi bisa semakin cepat,’ papar dia.

Akuisisi blok baru

Sebelumnya, Direktur Operasi BP Migas, Rudi Rubiandini mengatakan lapangan terbesar, yaitu Lapangan Peciko dan Tunu di Blok Mahakam milik Total telah memasuki masa penurunan produksi dengan laju 35%.

Selain menggaiap blok Mahakam, Total E&P Indonesie mulai mengakuisisi sejumlah blok baru, yakni Blok SW Bird’s Head, Amborip VI, dan A. rafuru Sea di Papua.

Untuk Blok SW Bird’s Head, Noviyanto menuturkan, perusahaan akan memulai pengeboran pertama tahun depan. Komitmen investasi tiga tahun pertama yang djjanjikan Total E&P Indonesie kepada pemerintah untuk blok ini mencapai US$ 19 miliar. “Kalau tahun ini saja kita akan investasi lebih dan US$ 10 juta, maka ada kemungkinan realisasi investasi kita akan lebih dan US$ 19 miliar,” kata dia.

Pada Blok SW Bird’s Head, Total memiliki saham 100%. Selain itu, Total juga memiliki saham di sejumlah blok, yaitu Blok Sebuku 15%, Blok Sadang 30%, Blok South Mandar 33%, Blok Sageri 50%, Blok South Sageri 45%, Blok Amborib VI 24,5%, dan Blok Arafuru Sea 24.5%.

Total tengah menggarap beberapa proyek laut dalam, yaitu di Blok Sageri, South Sageri, dan Sadang.

Perusahaan asal Prancis ini menggandeng Talisman dan PTT Exploration and Production (PTTEP). Saat ini ketiga perusahaan tersebut sedang memulai tahapan studi di ketiga b1ok tersebut. (DWI)