Bontang - Kontrak pengelolaan Total E&P Indonesie ladang
gas di Blok Mahakam, Kalimantan Timur, akan berakhir pada 2017, dengan
berakhirnya kontrak tersebut juga akan diikuti habisnya sisa cadangan gas
terbukti (P1) sebesar 4,8 TCF pada 2017.
Hal tersebut seperti diungkapkan Deputi Pengendalian Operasi
Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) Gde Pradyana, sisa
cadangan gas terbukti di Blok Mahakam saat ini tersisa 4,8 TCF, dengan produksi
1.600 MMSCFD per hari maka cadangan tersebut akan habis pada 2017 seiring
berakhirnya kontrak Total di Blok Mahakam.
"Cadangan gas terbukti (P1) di Blok Mahakam saat ini
hanya tersisa 4,8 TCF, dengan produksi saat ini sekitar 1.600-1.700 MMSCFD atau
1,7 TCF per tahun, maka seluruhnya akan habis pada 2017 seiring berakhirnya
kontrak Total di Mahakam," kada Gde dipertemuan dengan Komisi VII DPR di
Hotel Sintuk, Bontang, Kalimantan Timur, Selasa (6/11/2012).
Dikatakan Gde, namun potensi gas (P2) yang terkandung di
Blok Mahakam diperkirakan masih ada sekitar 6,5 TCF, namun untuk menjadikan P2
menjadi P1 tentu tidak mudah, dibutuhkan usaha keras dan investasi yang sangat
besar.
"jika ingin menjadikan P2 sekitar 6,5 TCF ke P1 di Blok
tersebut butuh usaha yang keras dan investasi yang sangat besar, apalagi dengan
kondisinya saat ini terjadi penurunan produksi alami mencapai 15% per
tahun," ungkap Gde.
Bahkan diungkapkan Gde, untuk produksi 1,7 TCF per tahun
atau dengan produksi 1.600 MMSCFD Total harus mengeluarkan kocek mencapai US$
2,2 miliar.
"Untuk terus produksi dan mengurangi penurunan produksi
gas disetiap sumur gas yang secara alami terus turun bahkan jika tidak
melakukan eksplorasi baru dan usaha lainnya produksi gas di Mahakam bisa turun
50% per tahun, untuk produksi 1,7 TCF per tahun saja, Total dan Inpex harus
mengelarkan biaya investasi US$ 2,2 miliar per tahun, sangat besar,"
tandas Gde. (Sumber: detik.com)