Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik menyatakan,
proses renegosiasi kontrak penjualan gas Tangguh berlangsung alot. Renegosiasi
itu diperlukan untuk meningkatkan penerimaan negara dan meningkatkan alokasi
gas untuk domestik.
Hal ini disampaikan Jero Wacik, dalam jumpa pers, Selasa (6/11/2012), di Jakarta. Jero
menjelaskan, proyek pengembangan gas Tangguh yang berlokasi di Teluk Bintuni,
Papua Barat, berawal dari penemuan gas di lokasi itu pada tahun 1990. Kemudian
gas mulai diproduksi pada tahun 2006. Kontrak penjualan gas Tangguh dimulai
pada tahun 2002.
Saat itu hasil gas blok itu 100 persen diekspor, yaitu 50
persen di antaranya untuk Fujian di China, Jepang dan Korea, sedangkan 50
persen sisanya diekspor ke Sempra, perusahaan energi asal Amerika Serikat.
"Jadi tidak ada alokasi gas Tangguh untuk domestik," ujarnya.
Diakui, pada tahun 2002, Indonesia belum membutuhkan gas,
dan harga gas murah. Jadi harga gas Tangguh yang diekspor 2,4 dollar AS per
juta british thermal unit.
Kemudian pada tahun 2006 kontrak penjualan gas Tangguh ke
Fujian direnegosiasi sehingga naik menjadi 3,35 dollar AS per MMBTU.
Saat ini, kebutuhan gas di pasar dunia, khususnya Indonesia,
meningkat. Sekarang harga gas di dalam negeri 6-10 dollar AS per MMBTU,
sedangkan harga gas ekspor 16-20 dollar AS per MMBTU.
"Gas dibutuhkan untuk industri, listrik, rumah tangga,
kendaraan," ujarnya.
Terkait hal itu, pihaknya menyampaikan kepada BP, operator
Kilang Tangguh, mengenai keinginan pemerintah untuk melaksanakan renegosiasi
kontrak penjualan gas Tangguh. Pada awalnya, pihak BP keberatan atas rencana
pemerintah merenegosiasi kontrak gas untuk train 1 dan 2 Tangguh dengan alasan
hal itu sudah terikat kontrak.
Setelah dibahas lebih lanjut, akhirnya disepakati, train 1
dan train 2 Tangguh eks Sempra bisa diambil untuk domestik. Semula BP akan
mengalokasikan gas Tangguh 150 juta kaki kubik per hari (MMSCFD).
"Saya bilang kurang, masak hanya segitu, akhirnya alokasi
gas bisa naik 250 MMSCFD. Jadi total dia akan berikan 20 kargo train 1 dan 2,
dari yang tadinya nol," kata dia.
Terkait harga gas ke Fujian yang dinilai terlalu rendah,
Jero Wacik menegaskan, harga gas Tangguh harus direnegosiasikan. "Kami
akan memberangkatkan tim ke China untuk merenegosiasikan harga gas
Tangguh," ujarnya. (Sumber: Kompas.com)