Kamis, 08 Maret 2012

INVESTOR TAKUT INVESTASI, PRODUKSI ANJLOK

Jakarta - Rata-rata produksi minyak kembali turun. Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas (BP Migas) menyatakan salah satu penyebab turunnya produksi adalah karena investor enggan menanamkan modal untuk genjot produksi.

Deputi Pengendalian Operasi BP Migas Rudi Rubiandini memaparkan sekarang semua kontraktor asing tidak mau mengambil risiko untuk menanamkan modal demi menjaga produksi di Indonesia,"Mereka belajar dari kasus West Madura," kata Rudi, Rabu, 8 Maret 2012.

Dalam kasus Blok West Madura, Kodeco yang saat itu masih menjadi operator terus melakukan investasi peningkatan produksi hingga tren produksinya naik dalam 5 tahun terakhir. Investasi tetap dikucurkan bahkan jelang masa kontrak habis.

Namun di akhir kontrak pemerintah memilih Pertamina sebagai operator di Blok tersebut. "Keputusan tersebut sangat buruk untuk iklim investasi dan sekarang sudah dirasakan dampaknya," kata Rudi.

Total adalah salah satu perusahaan yang paling terimbas keputusan tersebut. Produksi perusahaan minyak asal Prancis tersebut kini turun sebanyak 30 ribu barel per hari karena belum adanya kepastian perpanjangan kontrak.

Selain soal investor yang mulai enggan menanamkan modal, produksi minyak juga turun karena adanya faktor teknis seperti gangguan peralatan dan lainnya.

Berdasarkan data BP Migas, rata-rata produksi hingga 1 Maret 2012 masih berada di angka 885 ribu barel per hari. Angka tersebut bahkan masih jauh dari target produksi yang diajukan pemerintah dalam Rancangan APBN-P, yaitu sebanyak 930 ribu barel per hari.

Rudi pesimistis target tersebut dapat tercapai. Hitungan BP Migas rata-rata produksi minyak sepanjang 2012 ini bakal berada di kisaran 891 ribu-930 ribu barel per hari. "Asumsi dalam APBN-P 2012 sebaiknya ambil angka yang bisa dipastikan tercapai, yaitu 910 ribu barel per hari."

Vice President Indonesian Petroleum Association (IPA) Sammy Hamzah membenarkan pernyataan BP Migas. Dia mengaku saat ini para kontraktor migas butuh kepastian pemerintah dulu sebelum menanamkan modal untuk menggenjot produksi. "Investasi migas itu sifatnya jangka panjang bisa untuk 5 sampai 10 tahun," kata dia.

Soal target produksi yang diubah pemerintah menjadi 930 ribu barel. Sammy hanya bisa berjanji para kontraktor migas akan berupaya  merealisasikan target tersebut. Para kontraktor akan memanfaatkan momentum kenaikan harga minyak yang kini mencapai US$ 120 per barel untuk meningkatkan produksi. (Sumber www.tempo.co, penulis Gustidha Budiartie)