Senin, 11 Juni 2012

PRODUKSI MIGAS 2,3 JUTA BAREL PER HARI DI 2013

Jakarta - Pemerintah dan Komisi VII DPR menyepakati asumsi produksi siap jual minyak dan gas dalam Rancangan APBN 2013 sebesar 2,215 juta sampai 2,320 juta barrel minyak per hari. Produksi minyak mentah sebesar 890.000 sampai 930.000 barrel per hari.
Demikian hasil kesimpulan Rapat Kerja Komisi VII DPR dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik serta jajarannya, Senin (11/6) malam, di Jakarta.

Pada raker itu, pemerintah dan Komisi VII DPR belum menetapkan volume bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dalam Rancangan APBN 2013. Volume BBM ini penting berkaitan dengan besaran subsidi BBM yang harus disiapkan pemerintah dalam anggaran.

Dan asumsi produksi siap jual (lifling) minyak dan gas bumi sebesar 2,215 juta sampai 2,320 juta setara barrel minyak per hari (BOEPD), lifting minyak bumi mencapai 890.000 barrel sampai 930.000 barrel per hari. Sementara lifting gas bumi 1.325 juta sampai 1.390 juta setara barrel minyak bumi per hari.

Anggota Komisi VII DPR dan Fraksi PDI Perjuangan, Ismayatun, menyatakan, dengan penetapan asumsi lifting migas, pemerintah semestinya juga menetapkan harga gas Indonesia. Saat ini, pemenintah baru menetapkan asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) dalam RAPBN 2013.

Namun, Direktur Jenderal Minya dan Gas Bumi Kementerian ESDM Evita H Legowo menyatakan, pemerintah sulit merumuskan formula harga gas Indonesia. Alasannya, harga jual gas Indonesia sangat bervaniasi, baik hanga gas yang diekspor maupun di dalam negeri. Saat ini ada ratusan perjanjian jual beli gas (PJBG) yang ditandatangani antara kontraktor kontrak kerja sama dan konsumen gas.

Sebelumnya, pemerintah mengusulkan, proyeksi volume BBM bersubsidi tahun 2013 berkisar 45-48 juta kiloliter. Volume BBM bersubsidi tahun depan dapat dikendalikan jadi 45 juta kiloliter jika program penghematan BBM tahun ini tetap diimplementasikan dan ada kenaikan harga jual BBM bersubsidi.

Data yang dihimpun dari hasil audit Kementerian ESDM tahun 2003-2010, potensi efisiensi energi adalah 5 persen, atau setara investasi Rp 23,8 triliun hingga Rp 289 tniliun per tahun. “Penghematan harus ditingkatkan, baik oleh instansi pemerintah maupun swasta,” ujarnya.

Jero Wacik, dalam sambutan tertulisnya, menyatakan, sumber energi di Tanah Air bergantung pada bahan bakar fosil yang tidak bisa diperbarui. Konsumsi minyak masih mendominasi, yaitu 46,93 persen dan total konsumsi energi, dlikuti gas dan batubara masing-masing 26,38 persen dan 21,29 persen. Pemakaian energi baru dan terbarukan 6 persen dan total konsumsi energi. (sumber: Kompas)